Senin, 19 Oktober 2015

REFLEKSI 6, FILSAFAT ILMU

Selasa tanggal 13 Oktober Mata kuliah  filsafat ilmu program studi pendidikan s2 matematika kelas A angkatan tahun 2015. Kuliah seperti biasa dilaksanakan pada pukul 11.10-12.50 digedung lama pascasarjana ruang 305B sebelum memulai perkuliahan seperti biasa bapak Prof.Dr Marsigit mengajak kami untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. hari ini setelah kami melaksanakan tes tertulis kami melanjutkan pembahasan mata kuliah filsafat ilmu dengan mengajukan pertanyaan kepada Bapak dan Bapak menjawabnya.
Pertanyaan dari Azmi, apakah jodoh bersifat relatif, begini terutama kita memposisikan terlebih dahulu berfilsafat yaitu olah pikir, maka jika dilihat dari dimensinya dimensi paling bawah adalah material diatasnya adalah formal (normatif) diatasnya lagi adalah spiritual (dimensi tertinggi). Jodoh harus diselesaikan dari sisi yang jelas apakah perkawinan, pernikahan atau yang lain. Sehebat-hebat pikiranku tidaklah mampu menjelaskan semua perasaanku, walaupun manusia setengah dewa sekalipun. Hal ini menunjukkan pikiran kita tidak mampu menjangkau spiritualisme. Sehebat-hebat kalimat perkataanku tidak akan mungkin mampu mengucapkan semua pikiranku. Sehebat-hebat tulisanku tidak akan mampu menulis semua yang ada dipikiranku. Sehebat-hebat langkahku segesit dan selincah apapun tidak akan mungkin melaksanakan semua tulisanku, apalagi perkataanku, pikiranku, dan hatiku. Pernikahan merupakan struktur lengkap didalamnya terdapat material, formal, normatif, spiritual. Ada bagian dari pernikahan dimana tidak mampu dipikirkannya. Dimana yang tidak mampu kita pikirkan itu adalah dimensi spiritual. Maka tetapkanlah dengan doa. Namun jika masalah keluarga hanya kita pikirkan saja maka akan timbul variasi karena spiritual turun dari langit. Menuju bumi sedangkan filsafat hanya dibumi menggapai langitpun tidak akan pernah sampai. Maka barangsiapa menghadapi urusan langit dengan bumi barangkat dari urusan bumi saja pasti akan banyak salah misalnya menerjemahkan jodoh adalah cinta, jadi jika melihat cinta dengan diturunkan lagi dimensinya sungguhlah mengerikan contohnya jodohnya monyetberpindah pindah dari satu monyet ke monyet yang lain. Dan jika diturunkan lagi dimensinya contohnya biji-bijian berjodoh dengan pohon atau tumbuhan kenapa bisa demikian karena adda potensi. Jadi manusia lahir memiliki potensi untuk menikah. Potensi jika dinaikkan tumbuh-tumbuhan punya potensi dinaikkan lagi dimensinya hewan mempunyai naluri dan insting. Kata-kata saya yang menyesuaikan dengan keadaan itulah yang disebut menembus ruang dan waktu. Sehingga orang yang cerdas didalam filsafat adalah orang yang sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Ketika bicara statistik maka bicarakanlah statistic, relativisme didalam statistik berubah menjadi probabilitas hal ini merupakan salah satu contoh orang cerdas. Dan tiadalah berfilsafat jika tanpa pikiran para filsuf maka jika ingin mengupas tuntas tentang jodoh dari sisi filsafat maka bacalah pikiran para filsuf tentang romantisme atau romantism. Ornag yang paling berkuasa adalah orang yang paling romantis. Dari sisi spiritual sesuai dengan agama masing-masing ada tuntunannya mengenai jodoh tersebut.


Kemudian pertanyaan kedua dari Aida adalah semua manusia itu mempunyai tujuan hidup namun jika tidak terpenuhi bagaimana. Jadi begini, tutjuan adalah idealis, idealis adalah sesuatu didalam pikiran , antara pikiran dan fakta belum tentu sinkron. Dan sekarang terpenuhi atau tidak terpenuhi dari tujuan idealis itu. jadi bnyak perspektif untuk mendekatinya misalnya dari sisi tesis dan antitesisnya. Usaha, berpikir, hidup, tidak lain dan tidak bukan dari dua unsur atau banyak yang kita sintesiskan. Contoh sintesis antara berhasil dan tidak berhasil, sintesis antara kenyatan dan tujuan, sintesis antara takdir dan fakta, sintesis antara sehat dan sakit.
Kemudian jika dinaikkan ke ranah spiritual maka yang dipikirkan manusia itu semuanya bersifat relative. Tidak ada yang absolut. Yang absolut hanyalah kuasa tuhan. Karena relative manusia tidak mengerti bahwa kriteria keberhasilan yang dikehendaki itu punya perspektif yang lain yang tidak dikehendakinya. Misalnya gagal disuatu tempat tetap ada usaha dan seterusnya dia menemukan keberhasilan dengan segmen dan karakter yang berbeda tetapi maknanya justru berlipat ganda. Contoh saya tinggal disebuah rumah didepannya ada rumpun bambu setiap hujan roboh kehalaman rumah saya. Yang punya bambu orang penduduk asli daerah tersebut. Saya
Jika ingin damai dunia dan akhirat pantang bermusuhan dengan tetangga itu merupakan tips dalam hidup bermasyarakat.
Menunda perkara, menunda sikap, juga dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Belum terpenuhi itu berarti sangat relatif. Sangat relatif jika dinaikkan ke spiritual berarti kesimpulan yang positif thinking. Negative thingking merupakan penyakit dalam filsafat dan penyakit dalam spiritual.
Negative thingking merupakan masalah krusial dan jika dilihat dari dimensi ruang dan waktu. Orang yang negative thingking adalah orang yang bertindak, berpikiran dan bersikap yang tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Orang yang bersikap seperti ini jika diturunkan secara material, naik turun sedikit psikologi material dia tidak sadar telah melakukan pemerkosaan. Tetapi setiap ada yang mungkin ada, ternyata anda telah berlaku dzalim dengan cara tidak sadar ruang dan waktunya. Tidak tepat ruang dan waktunyadengan cara memperkosa keadaan atau sifat. Yang diperkosa bisa sifat orang lain atau diri sendiri.

Kemudian pertanyaan yang ketiga dari evvy, kenapa matematika disebut koherentism. Matematika yang dimaksudkan disini adalah matematika murni. Matematika murni terdiri dari definisi, aksioma, teorema. Identik artinya identitas yang dipentingkan konsisten. Konsisten Bahasa filsafatnya koheren maka alirannya koherentism, lawannya koherentism yang cocok ruang dan waktunya yaitu korespondensi. Jadi didalam pikiran koheren dan didalam pikiran koresponden. Contoh yang diungkapkan oleh salah satu orang sama dengan yang diucapkan orang kedua maka disebut koresponden. Didalam matematika logiak tidak perlu cocok dengan kenyataan sebagai contoh dengan menggunakan pemisalan. Dan ini ditentang oleh imanuel kant. Imanuel kant berpendapat harus sesuai dengan pengalaman bisakah kita hidup dengan pikiran atau pengalaman saja.. tentu tidak semua harus sinkron. Hidup merupakan interaksi antara pikiran dan pengalaman.


Pertanyaan keempat dari Heru, bagaimana para filsuf menjawab ketidakpastian dalam hidupnya. Persoalan filsafat yaitu jika yang kau pikirkan ada didalam pikiranku maka yang jadi persoalan adalah bagaimana engkau mampu menjelaskan kepada orang lain. Jadi yang dibangun itu semua yang ada dan yang mungkin ada.

inilah tambahan ilmu kami hari ini, semoga ilmu yang kami dapat bisa bermanfaat. amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar