Selasa tanggal 13 Oktober Mata kuliah filsafat ilmu program studi pendidikan s2 matematika kelas A angkatan tahun 2015. Kuliah seperti biasa dilaksanakan pada pukul 11.10-12.50 digedung lama pascasarjana ruang 305B sebelum memulai perkuliahan seperti biasa bapak Prof.Dr Marsigit mengajak kami untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. hari ini setelah kami melaksanakan tes tertulis kami melanjutkan pembahasan mata kuliah filsafat ilmu dengan mengajukan pertanyaan kepada Bapak dan Bapak menjawabnya.
Pertanyaan dari Azmi, apakah jodoh bersifat relatif, begini
terutama kita memposisikan terlebih dahulu berfilsafat yaitu olah pikir, maka
jika dilihat dari dimensinya dimensi paling bawah adalah material diatasnya
adalah formal (normatif) diatasnya lagi adalah spiritual (dimensi tertinggi).
Jodoh harus diselesaikan dari sisi yang jelas apakah perkawinan, pernikahan
atau yang lain. Sehebat-hebat pikiranku tidaklah mampu menjelaskan semua
perasaanku, walaupun manusia setengah dewa sekalipun. Hal ini menunjukkan
pikiran kita tidak mampu menjangkau spiritualisme. Sehebat-hebat kalimat
perkataanku tidak akan mungkin mampu mengucapkan semua pikiranku. Sehebat-hebat
tulisanku tidak akan mampu menulis semua yang ada dipikiranku. Sehebat-hebat
langkahku segesit dan selincah apapun tidak akan mungkin melaksanakan semua
tulisanku, apalagi perkataanku, pikiranku, dan hatiku. Pernikahan merupakan
struktur lengkap didalamnya terdapat material, formal, normatif, spiritual. Ada
bagian dari pernikahan dimana tidak mampu dipikirkannya. Dimana yang tidak
mampu kita pikirkan itu adalah dimensi spiritual. Maka tetapkanlah dengan doa.
Namun jika masalah keluarga hanya kita pikirkan saja maka akan timbul variasi
karena spiritual turun dari langit. Menuju bumi sedangkan filsafat hanya dibumi
menggapai langitpun tidak akan pernah sampai. Maka barangsiapa menghadapi
urusan langit dengan bumi barangkat dari urusan bumi saja pasti akan banyak
salah misalnya menerjemahkan jodoh adalah cinta, jadi jika melihat cinta dengan
diturunkan lagi dimensinya sungguhlah mengerikan contohnya jodohnya
monyetberpindah pindah dari satu monyet ke monyet yang lain. Dan jika
diturunkan lagi dimensinya contohnya biji-bijian berjodoh dengan pohon atau
tumbuhan kenapa bisa demikian karena adda potensi. Jadi manusia lahir memiliki
potensi untuk menikah. Potensi jika dinaikkan tumbuh-tumbuhan punya potensi
dinaikkan lagi dimensinya hewan mempunyai naluri dan insting. Kata-kata saya
yang menyesuaikan dengan keadaan itulah yang disebut menembus ruang dan waktu.
Sehingga orang yang cerdas didalam filsafat adalah orang yang sopan dan santun
terhadap ruang dan waktu. Ketika bicara statistik maka bicarakanlah statistic,
relativisme didalam statistik berubah menjadi probabilitas hal ini merupakan
salah satu contoh orang cerdas. Dan tiadalah berfilsafat jika tanpa pikiran
para filsuf maka jika ingin mengupas tuntas tentang jodoh dari sisi filsafat
maka bacalah pikiran para filsuf tentang romantisme atau romantism. Ornag yang
paling berkuasa adalah orang yang paling romantis. Dari sisi spiritual sesuai
dengan agama masing-masing ada tuntunannya mengenai jodoh tersebut.
Kemudian pertanyaan kedua dari Aida adalah semua manusia itu
mempunyai tujuan hidup namun jika tidak terpenuhi bagaimana. Jadi begini,
tutjuan adalah idealis, idealis adalah sesuatu didalam pikiran , antara pikiran
dan fakta belum tentu sinkron. Dan sekarang terpenuhi atau tidak terpenuhi dari
tujuan idealis itu. jadi bnyak perspektif untuk mendekatinya misalnya dari sisi
tesis dan antitesisnya. Usaha, berpikir, hidup, tidak lain dan tidak bukan dari
dua unsur atau banyak yang kita sintesiskan. Contoh sintesis antara berhasil
dan tidak berhasil, sintesis antara kenyatan dan tujuan, sintesis antara takdir
dan fakta, sintesis antara sehat dan sakit.
Kemudian jika dinaikkan ke ranah spiritual maka yang
dipikirkan manusia itu semuanya bersifat relative. Tidak ada yang absolut. Yang
absolut hanyalah kuasa tuhan. Karena relative manusia tidak mengerti bahwa
kriteria keberhasilan yang dikehendaki itu punya perspektif yang lain yang
tidak dikehendakinya. Misalnya gagal disuatu tempat tetap ada usaha dan
seterusnya dia menemukan keberhasilan dengan segmen dan karakter yang berbeda
tetapi maknanya justru berlipat ganda. Contoh saya tinggal disebuah rumah
didepannya ada rumpun bambu setiap hujan roboh kehalaman rumah saya. Yang punya
bambu orang penduduk asli daerah tersebut. Saya
Jika ingin damai dunia dan akhirat pantang bermusuhan dengan
tetangga itu merupakan tips dalam hidup bermasyarakat.
Menunda perkara, menunda sikap, juga dapat menghasilkan
sesuatu yang baik. Belum terpenuhi itu berarti sangat relatif. Sangat relatif
jika dinaikkan ke spiritual berarti kesimpulan yang positif thinking. Negative
thingking merupakan penyakit dalam filsafat dan penyakit dalam spiritual.
Negative thingking merupakan masalah krusial dan jika
dilihat dari dimensi ruang dan waktu. Orang yang negative thingking adalah
orang yang bertindak, berpikiran dan bersikap yang tidak sesuai dengan ruang
dan waktu. Orang yang bersikap seperti ini jika diturunkan secara material,
naik turun sedikit psikologi material dia tidak sadar telah melakukan
pemerkosaan. Tetapi setiap ada yang mungkin ada, ternyata anda telah berlaku
dzalim dengan cara tidak sadar ruang dan waktunya. Tidak tepat ruang dan
waktunyadengan cara memperkosa keadaan atau sifat. Yang diperkosa bisa sifat
orang lain atau diri sendiri.
Kemudian pertanyaan yang ketiga dari evvy, kenapa matematika
disebut koherentism. Matematika yang dimaksudkan disini adalah matematika
murni. Matematika murni terdiri dari definisi, aksioma, teorema. Identik
artinya identitas yang dipentingkan konsisten. Konsisten Bahasa filsafatnya
koheren maka alirannya koherentism, lawannya koherentism yang cocok ruang dan
waktunya yaitu korespondensi. Jadi didalam pikiran koheren dan didalam pikiran
koresponden. Contoh yang diungkapkan oleh salah satu orang sama dengan yang
diucapkan orang kedua maka disebut koresponden. Didalam matematika logiak tidak
perlu cocok dengan kenyataan sebagai contoh dengan menggunakan pemisalan. Dan
ini ditentang oleh imanuel kant. Imanuel kant berpendapat harus sesuai dengan
pengalaman bisakah kita hidup dengan pikiran atau pengalaman saja.. tentu tidak
semua harus sinkron. Hidup merupakan interaksi antara pikiran dan pengalaman.
Pertanyaan keempat dari Heru, bagaimana para filsuf menjawab
ketidakpastian dalam hidupnya. Persoalan filsafat yaitu jika yang kau pikirkan
ada didalam pikiranku maka yang jadi persoalan adalah bagaimana engkau mampu
menjelaskan kepada orang lain. Jadi yang dibangun itu semua yang ada dan yang
mungkin ada.
inilah tambahan ilmu kami hari ini, semoga ilmu yang kami dapat bisa bermanfaat. amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar