Validitas
Azwar
(1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur
(tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan
secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Suryabrata
(2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat
fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes.
Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur
apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu
mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur,
akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan. Sudjana (2004:
12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian
terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya
dinilai. Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan
tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain.
Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan
keputusan tertentu.
Konsep validitas tes dapat dibedakan
atas tiga macam yaitu validitas isi (content validity), validitas
konstruk (construct validity), dan validitas empiris atau validitas
kriteria. Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain.
Reliabilitas
Reliabilitas
berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil
pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang
belum berubah. Nur (1987: 47) menyatakan bahwa reliabilitas ukuran menyangkut
seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z, relatif konsisten apabila
dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes yang sama atau tes yang
ekivalen. Azwar (2003 : 176) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu
ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Arifin (1991: 122)
menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang
sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda. Konsep reliabilitas dalam arti
reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah kekeliruan pengukuran.
Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil
pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek
yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur
berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada
inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang
berbeda. Sudjana (2004: 16) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah
ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.
Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang
relatif sama
Rangkuman catatan:
1. variable dilakukan dipenelitian dan kemudian dicari definisinya dan dicari hubungan antar variable. Pencarian hubungan antar variable ini merupakan hipotesis yaitu jawaban sementara
2.
kajian, riset terdahulu:
-
paradigma
-
hipotesis
ketika variable telah terdefinisi dan hipotesis telah
terbukti dengan data maka didapatkan kesimpulan
jawaban sementara:
1.
dirumuskan matematis (melalui riset kuantitatif)
maka akan didapatkan hipotesis statistik:
1.
tidak dirumuskan matematis ( melalui riset
kualitatif)
dugaan disajikan dengan kata-kata, ramalan fenomena
cara menentukan H0
-
mengkaji teori-teorinya terlebih dahulu,
-
mencari hipotesis dari penelitian sebelumnya
-
peraturan kebijakan, standar kebijakan daerah
setempat seperti apa
-
Ø
contoh instrument adalah mengadakan uji coba
UN/Try out
mengkaji analisis butir apakah mencapai KKM 7,0
mengkaji hipotesis kita perlu data untuk dianalisis
macam data:
1.
nominal :
symbol (dikodekan, nomorkan tak bermakna), contoh pabrik sepatu mensurvei
sepatu yang disenangi mahasiswa
(pantofel, boot)
2.
ordinal :
Skala likert
Sangat setuju (SS) setuju(S) Netral (N)
(+)
TP K S
Slalu (-)
Contoh: Peringkat dari IPK
3.
interval :
dari 0-100, 0 bisa diartikam dengan nilai lain
4.
rasio :beda,
nol ya nol
dari data kita menentukan instrument
- instrument penelitian:
1.
tes :
-
pilihan ganda
-
menjodohkan
-
lisan singkat
-
benar salah
-
uraian terstruktur
-
uraian tidak terstruktur
2.
nontes :
-
Lembar Observasi
-
Panduan wawancara
-
Angket
-
Daftar cek
-
Form group discussion
---->Variable indicator -----> calon kisi
Artikel sulit dibaca oleh awam, baik jika penulisan dan tata tulisnya dibuat lebih baik.
BalasHapusterimakasih srannya pak, sudah saya perbaiki
Hapus