Minggu, 17 Januari 2016

UAS FILSAFAT ILMU




“MENGENAL DAN MEMAHAMI FILSAFAT ILMU”



Oleh:
NOVIKA SUKMANINGTHIAS
(15709251061)
PENDIDIKAN S2 MATEMATIKA



PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016



BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang

Telah kita ketahui disetiap universitas telah menerapkan mata kuliah filsafat ilmu didalam pengajarannya, didalam filsafat kita akan mempelajari sebenar-benarnya hidup dan hakikatnya, memberikan penilaian sesuai dengan etik dan estetikanya. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan tuntas serta pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah pengetahuan yang disebut filsafat. Filsafat ilmu terbagi atas dua kata yaitu Filsafat dan Ilmu, Filsafat dan Ilmu adalah dua kata  yang  saling  berkaitan  baik  secara  substansial  maupun  historis Kelahiran  suatu  ilmu  tidak  dapat  dipisahkan  dari  peranan  filsafat , sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu adalah penunjang dan hal yang pokok didalam pendidikan. Namun pada kenyataannya ilmu tidak dapat secara mutlak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan keilmiahannya tersebut.  Ilmu kebanyakan dianggap  sebagai  hafalan  saja, bukan  sebagai pengetahuan  yang    mendeskripsikan,    menjelaskan,  memprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan dan kenyamanan hidup . namun zaman sekarang banyak peneliti dan ilmuan berusaha mengembangkan ilmu untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat. Tentu hal ini dipandang dari segi positifnya. Sementara untuk sisi negatifnya terkadang ilmu juga dapat disalah gunakan bahkan bencana dan kerusakan juga dapat ditimbulkan dari ilmu-ilmu tersebut,  seperti pemanasan  global  dan dehumanisasi.  Dan terkadang ilmu dan tekhnologi telah berubah bukan lagi hal yang dikuasai oleh manusia. Melainkan manusia telah dikuasai ilmu dan tekhnologi tersebut. Oleh karena itu disinilah pentingnya belajar filsafat, diharapkan filsafat akan mengembalikan fungsi ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga tidak menjadi senjata yang menyerang balik umat manusia.  Filsafat  ilmu akan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam  mencapai kesejahteraan bukan tujuan.   Hakikat ilmu dan kaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya dapat dipelajari melalui filsafat ini. Dengan filsafat kita juga akan mempelajari ilmu dari segi religiusnya. Karena filsafat juga memandang ilmu bukan hanya sekedar ilmu melainkan juga memiliki keterkaitan dengan rohani dan kereligiusannya,dan dengan kemampuan olah pikir manusia tersebut. Manusia akan tahu bahwa agama, tuhan dan segala sesuatunya memiliki keterkaitan. Apalagi dengan ilmu. Terkadang terlalu ilmiahnya suatu ilmu dapat membuat seseorang menyimpang dari tuhan dan ketuhanannya  Oleh karenanya  diperlukan  kecerdasan  dan  kejelian  dalam  memahami kebenaran ilmiah dengan sistem nilai dalam agama, agar keduanya tidak saling  bertentangan.  Dalam  filsafat  ilmu,  ilmu  akan  dijelaskan  secara filosofis dan akademis sehingga ilmu dan teknologi tidak lepas dari nilai agama, kemanusiaan dan lingkungan. Dengan demikian filsafat ilmu akan memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap ilmu.






BAB II
PENJELASAN

Selama perkuliahan ini banyak yang telah saya dapatkan. Karena memang pada awalnya saya tidak mengenal tentang filsafat ilmu. Saya belum pernah mendapatkan pengetahuan filsafat ilmu. Disinilah saya mulai mengerti apa itu filsafat ilmu, melalui pembelajran dengan bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A Dari apa yang beliau jelaskan yang saya dapat adalah, filsafat ilmu adalah olah pikir. Berarti filsafat itu tergantung bagaimana pribadinya masing-masing mengolah pikirannya untuk mengerti akan suatu tesis dan anti tesisnya. Sumber-sumber yang dipikir dalam filsafat ilmu adalah apa saja yang dapat dipikirkan, bagaimana pembenarannya, bagaimana logikanya, apa cakupannya, apa obyeknya, bagaimana caranya, Bagaimana etik dan estetikanya. Kemudian menurut siapanya, kapan dan dimana. Filsafat itu terbagi tiga, yaitu ontologi, estimologi, estetika. Ontologi adalah berupa hakekat, estimologi adalah berupa metodologinya, dan estetika adalah kepantasan akan hal tersebut ( benar dan salahnya). Jika kita mempelajari yang satu maka akan mempelajari yang lainnya. Dari penjelasan bapak tata cara pembelajaran filsafat adalah dengan hard and soft dan jika soft diperlunak lagi menjadi spiritual dan kemudian keikhlasan. Kami akan Mempelajari filsafat ilmu menjadi filsafat.
Pada paragraph sebelumnya telah disebutkan mengenai obyek filsafat. pada pembelajaran filsafat ilmu ini kita akan mempelajari Obyek dan subyek filsafat ilmu. Obyek filsafat itu adalah yang ada dan yang mungkin ada, maksud yang mungkin ada itu memiliki banyak arti bahkan jika disebutkan sifatnya sampai satu miliar lebih pun tidak akan mungkin cukup. Karena obyek filsafat tersebut sangat banyak mulai dari yang ada dan yang mungkin ada. Yang mungkin ada maksudnya dapat diartikan dengan kejadian yang akan datang dan kejadian dimasa lampau beserta dari mana kemungkinan tersebut dipandang, Ini berarti yang mungkin ada ini pun juga tergantung dengan siapa kejadian tersebut akan memberikan dampak. Karena filsafat merupakan olah pikir seseorang. Maka yang ada dan yang mungkin ada tersebut terkait dengan orang tersebut, tergantung bagaimana mengolah pikirannya. Dengan siapa yang mungkin ada ini terkaitnya. Kenapa disebut dengan yang mungkin ada. Karena sesuatu hal kemungkinannya dapat segera kita ketahui dan dapat segera menjadi Sesuatu didalam olah pikir kita. Misalnya saja dari hal yang belum kita ketahui lalu kita mengetahuinya dari orang lain. Maka dari hal yang mungkin ada tadi telah berubah menjadi hal yang ada. Jadi belajar filsafat ilmu pada hakekatnya mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada. Yang mungkin ada itu memiliki sifat yang bermiliar-miliar walaupun dipangkatkan sekalipun tidak akan tuntas kita menyebutkan sifat yang mungkin ada itu. Namun untuk memeperoleh hal dari yang ada dan yang mungkin ada kita pasti memiliki keterbatasannya. Misalnya saja tidak mungkin kita dapat melakukan segalanya secara bersamaan dan secara keseluruhannya. Karena manusia memiliki keterbatasan dan tidak mungkin sempurna.
Permasalahan dalam filsafat ada dua, yang pertama jika dia diluar pikiranmu yang jadi masalah bagaimana engkau mengerti, yang kedua jika ada dipikiranmu yang jadi masalah bagaimana engkau menjelaskannya. Bahkan engkau untuk menyebutkan sifat-sifatmu sendiri tidak akan pernah tuntas mengetahui dirimu sebenar benarnya. Maka sebenar-benar dirimu tidak akan pernah sama dengan namamu. Contohnya dulu ketika kita balita nama kita tetap sama dengan nama kita sekarang itu merupakan salah satu bentuk kecerobohan menurut bapak marsigit. Hidup itu konsisten didalam ketidak konsistenannya.
Didalam filsafat juga terdapat prinsip-prinsip berpikir. Prinsip berpikir menurut imanuel kant. Yang pertama prinsip kontradiksi yaitu predikat tidak sama dengan subyek contohnya yaitu rambut hitam, sampai kapanpun hitam tidak akan sama dengan rambut. Rambut merupakan wadah dan hitam merupakan isinya. Didalam filsafat obyek pun terbagi menjadi dua dapat berupa wadah atau dapat berupa isi.  Sebenar benarnya hidup adalah interaksi antara wadah dan isinya tersebut. Prinsip yang kedua adalah prinsip identitas prinsip penggabungan antara pendapat plato dan Aristoteles. Itulah filsafat. Alat filsafat adalah Bahasa analog. Bahasa analog lebih lembut, lebih halus, dan lebih bermakna  daripada kiasan. Jarak antara pikiran dan hati adalah jarak antara dunia dan akhirat., mempelajari filsafat dengan metode hidup adalah ada interaksi didalamnya. pendapat para ahli mengenai keberadaan, menurut plato suatu benda tetap akan ada walaupun secara nyata bendanya tidak dapat disentuh dan dirasa, walaupun benda tersebut ada hanya didalam pikiran, maka benda tersebut ada. Lain halnya jika menurut pendapat Aristoteles, menurutnya benda ada karena memang ada bukan hanya ada didalam pikiran namun dalam bentuk wujud yang ada, yang ada itu harus dpat dipegang, disentuh dan dirasa. Itulah ilmu, maka sebenar benarnya ilmu harus sesuai dengan ruang dan waktunya. Walaupun ruang dan waktunya bersifat relative.
Pembahasan didalam filsafat ini sangat banyak bahkan sampai menembus ruang dan waktu. Maksud dari menembus ruang dan waktu adalah tidak ada batasan dalam segi ruang ataupun dalam segi waktu ketika seseorang berfilsafat. Apa saja boleh dijadikan olah pikir. Bukan sesuatu yang tetap melainkan sesuatu yang dinamik yaitu keseimbangan antara diam dan tetap. Bahasa awamnya menembus ruang dan waktu. Jangan khawatir mengenai menembus ruang dan waktu jangankan hewan, bianatang, manusia, batu yang diam sekalipun juga telah menembus ruang dan waktu . karena diam-diam batu juga mengikuti kalender. Sadar atau tidak sadar yang menyadarinya adalah subyeknya. Jadi yang merupakan masalah adalah bagaimana hidup ini mempunyai keterampilan menembus ruang dan waktu.
Untuk menembus ruang dan waktu dibutuhkan perbendaharaan kata. Sebenar-benarnya dunia itu adalah Bahasa. Maka filsafat Bahasa atau filsafat analitik menyatakan dunia itu adalah kata-kata dari seseorang. Maka sebenar-benarnya kata-kata seseorang adalah dunia orang itu sendiri. Maka berhati-hatilah dalam berkata-kata. Karena dunia keatas menjadi spiritual maka kata-kata adalah sebenarnya adalah doa, jika dilihat dari sisi spiritualnya. Maka berhati-hatilah jika ingin marah. Marah itu diterminis. Diterminis merupakan menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu yang bijaksana. Maka menembus ruang dan waktu yang bijaksana antara orang yang satu dengan orang yang lainnya berbeda-beda. Maka dapat dilihat contohnya temperamen dan laki-laki itu berbeda-beda. Dalam filsafat batu dan bilangan sekalipun dapat berfilsafat. Dan maka dari itulah dalam filsafat dunia dapat dibangun dari yang ada dan yang mungkin ada. Maka agar dapat membangun dunia diperlukan keterampilan menembus ruang dan waktu. Agar dapat menembus ruang dan waktu dengan baik maka diperlukan pengetahuan perbendaharaan kata misalnya percaya maka perhatikan ranah percaya tersebut. Ranah percaya itu ada didalam hubungan antara subyek dan obyeknya antar wadah dan isinya. Hubungan artinya menghubungkan antara diluar dengan didalamnya. Filsafat kepercayaan dapat dilihat dari spiritualnya, normatifnya, formalnya dan sebagainya. Jika diekstensikan metode ilmiahnya kepercayaan adalah validitas.kepercayaan dari suatu data adalah validitas construct. Validitas isi dari tesis dan karya ilmiah adalah hasil dari validasi atau validator.
Maka didalam filsafat mencari mencari kepastian dan kebenaran tetapi setelah engkau mencari kepastian engkau tertangkap telah salah menembus ruang dan waktu atau mitos. Kepastianmu itulah mitos, kecuali kepastianmu itu adalah keyakinanmu didalam spiritualitasmu itu bukan mitos melainkan keyakinan mitos adalah sebatas yang dapat engkau pikirkan itu urusan dunia. Itulah sebabnya didalam filsafat membongkar kepastian-kepastian itu dan turun sekali lagi interaksi antara pikiran dan hati menghasilkan interaksi fenomena aktivitas tidak percaya ada alirannya. Jika engkau bangun jadilah dunia tidak kepercayaan. Dunia tidak kepercayaan adalah skepticism tokohnya yaitu renedescartes. Dia mencari kepastian, maka yang diyakininya dari hasil pencariannya itu adalah satu-satunya yang pasti adalah “aku sedang bertanya atau aku yang sedang memikirkannya”  hal ini tidak ada bantahannya. Aku ada karena aku berpikir.
Pada pelajaran filsafat ilmu ini pula kita dari yang tidak tahu menjadi tahu mengenai fenomena comte. Fenomena comte disini maksudnya adalah sebuah istilah ketika kita mulai terhanyut dengan kebutuhan duniawi dan sangat tidak bisa terlepas dari kebutuhan tersebut. Dan bahkan sangat-sangat tergantung hingga tidak perduli dengan keadaan sekitar. sebagai contoh kita tentu tidak bisa terlepas dari yang namanya handphone. Secara sadar atau tidak, handphone telah duduk diposisi tingkatan kebutuhan primer bagi kita. mungkin pada zaman sekarnag ini kita lebih memilih ketinggalan dompet daripada handphone.  Selain kebutuhan komunikasi dari handphone itu sendiri kebutuhan bersosialisasi lewat bebagai sosial media juga telah memenuhi diri kita. mulai dari BBM, Whatsap, line, Instagram, path, twitter dan sebagainya. Yang kadang membuat kita lupa akan dunia sekitar kita dan lingkungan sosial kita. sebaik-baiknya  manusia adalah yang mampu menempatkan dirinya dengan tepat ruang dan waktunya. Jangan sampai kebutuhan akan duniawi membuat kita lupa akan kewajiban kita yang sesungguhnya. Inilah yang dipelajari selama belajar filsafat ilmu. Dan saya rasakan betul manfaatnya dari yang tidak tahu menjadi tahu.



BAB III
PENUTUP

filsafat ilmu adalah olah pikir.. Sumber-sumber yang dipikir dalam filsafat ilmu adalah apa saja yang dapat dipikirkan, bagaimana pembenarannya, bagaimana logikanya, apa cakupannya, apa obyeknya, bagaimana caranya, Bagaimana etik dan estetikanya. Kemudian menurut siapanya, kapan dan dimana. Filsafat itu terbagi tiga, yaitu ontologi, estimologi, estetika. Obyek filsafat itu adalah yang ada dan yang mungkin ada, belajar filsafat ilmu pada hakekatnya mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada. Didalam filsafat terdapat prinsip- berpikir. prinsip kontradiksi yaitu predikat tidak sama dengan subyek, prinsip identitas








Tidak ada komentar:

Posting Komentar