Senin, 23 November 2015

REFLEKSI 10 FILSAFAT ILMU, Fenomena Komte Dalam Kehidupan Kita Sehari Hari

    Selasa tanggal  10 november kembali kami kembali melaksanakan perkulaiahan  filsafat ilmu program studi pendidikan S2 matematika kelas A angkatan tahun 2015. Kuliah seperti biasa dilaksanakan pada pukul 11.10-12.50 digedung lama pascasarjana ruang 305B sebelum memulai perkuliahan bapak Prof.Dr. .Marsigit, Ma mempersilahkan kami mengambil selembar kertas untuk melaksanakan tes jawab singkat. Setelah melaksanakan tes jawab singkat perkuliahan dimulai dengan berdoa terlebih dahulu. Hari ini perkuliahan akan membahas mengenai fenomena comte.
Bagi kami yang asing mendengar istilah ini tentu kebingungan mengenai apa yg dimaksudkan dengan fenomena comte. Fenomena comte disini dimaksudkan ketika mulai terhanyut dengan kebutuhan duniawi dan sangat tidak bisa terlepas dari kebutuhan tersebut. sebagai contoh kita tentu tidak bisa terlepas dari yang namanya handphone. Secara sadar atau tidak, handphone telah duduk diposisi tingaktan kebutuhan primer bagi kita. mungki pada zaman sekarnag ini kita lebih memilih ketinggalan dompet daripda handphone. Selain kebutuhan komunikasi dari handphone itu sendiri kebutuhan bersosialisasi lewat bebagai sosial media juga telah memenuhi diri kita. mulai dari BBM, Whatsap, line, Instagram, path, twitter dan sebagainya. Yang kadang membuat kita lupa akan dunia sekitar kita dan lingkungan sosial kita. sebaik-baiknya  manusia adalah yang mampu menempatkan dirinya dengan tepat ruang dan waktunya. Jangan sampai kebutuhan akan duniawi membuat kita lupa akan kewajiban kita yang sesungguhnya.
     
Setelah mngerti akan apa itu fenomena comte perkuliahan dilajutkan dengan Tanya jawab antara mahasiswa dan bapak Prof D.r Marsigit, M.A. petanyaan pertama ditanyakan oleh nur afni,  berdasarkan tes yang telah dilakukan sebelumnya Apakah soal-soal dari test jawab singkat Filsafat merupakan soal open-ended?. Adanya soal-soal yang diberikan sebenarnya memiliki beberapa fungsi, diantaranya. Mengadakan yang mungkin ada, Memikirkan yang belum terpikirkan, ntrospeksi apakah seseorang sudah benar-benar memahami atau belum. Untuk dapat menjawab soal-soal tersebut maka diperlukan berbagai sudut pandang (tidak hanya terbatas pada satu sudut pandang saja). Karena pada hakekatnya manusia itu multifaset (saling melakukan interaksi) sehingga mendapatkan banyak pengalaman dengan berbagai sudut pandang yang ada. Jawaban dari soal-soal yang telah dibuat bersifat Hikon (mewakili dunianya. Hanya para dewalah yang mampu menjawabnya secara keseluruhan. Dewa tergantung akan dimensinya. Sebenarnya hakekat Dewa terdapat pada beda umur, beda pengalaman, beda dimensi. Seseorang menjadi dewa bagi dirinya sendiri ketika dia telah berubah dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Namun kenyataan yang sering terjadi saat ini adalah kebanyakan orang terhantui oleh mitos karena mereka tidak faham. Untuk itulah manusia dituntut untuk terus berfikir agar tidak terjebak pada ruang dan waktu yang gelap sehingga akan terjebak mitos. Agar dapat menembus ruang dan waktu sesuai komunitasnya maka yang harus dilakukan oleh seorang dewa adalah melepas baju kedewaannya agar tidak menakut-nakuti atau menimbulkan kehancuran. Seperti contohnya Bapak Presden Jokowi yang ingin bertemu dengan sang Dewa yaitu Obama maka beliau harus memakai jas dan dasi jika hanya menggunakan batik maka beliau hanya akan dianggap sebagai kaum Tribal. Karena pada kenyataanya batik belum bisa menjadi universal value (sesuatu yang dipegang powernow). Dalam artian batik belum bisa menembus dunia internasional (dunia powernow), masih sebatas dunia lokal. Untuk menjadi universal value maka diperlukan proses dan perjuangan yang lama. Seperti halnya Fenomena Comte yang tidak bisa dihindari oleh manusia yaitu tidak semudah itu untuk mengharamkan atau menghilangkan rokok di dunia ini karena ada para petani tembakau yang menggantungkan hidupnya dari tanaman tembakau. Kemudian di negara powernow akan sulit untuk menghilangkan senjata karena di sana terdapat pabrik senjata (senjata dapat digunakan untuk aksesoris, hadiah, mempertahankan diri). Kembali lagi kepada soal-soal filsafat. Soal-soal filsafat itu sebenarnya adalah soal yang berstruktur. Terdapat 1001 jawaban tetapi harus terplih (reduksi) agar manusia dapat memahaminya.
        Pertanyaan kedua ditanyakan oleh atik ulin Apakah batasan seseorang dapat dikatakan sebagai sufi? (Atik Lutfi Ulin Ni’mah). Berbicara mengenai sufi maka kita berbicara pada tingkat spiritual. Seorang sufi itu sebenarnya mencoba mencarimetode berdoa yang disesuaikan dan dikembalikan secara otentik sesuai dengan yang dilakukan. Seperti contohnya bagaimana kita menyakini, bagaimana kita menghormati para Nabi yang kita yakini sesuai ajaran kita masing-masing yang pada kenyataannya para Nabi tersebut sudah meninggal. Jika hanya sekedar hormat saja itu baru pada tahapan adab untuk berdo’a. Sesuai dengan cerita para sahabat pada zaman dahulu. Pada zaman dahulu ketika para sahabat sedang berkumpul dengan para Nabi, ada salah satu sahabat yang berkata kepada Nabi, “ Saya ingin mengetahui sebenar-bear dirimu, saya ingin mengetahui sebenar-benar wajahmu, Wahai Rosululloh”. Rosululloh pun menjawab, “Tengoklah pada telinga putriku, Fatimah”. Semua sahabat pun menengok dan melihat pada telinga Fatimah, yang mereka temukan hanya gelap, gelap dan gelap. Namun ada salah satu sahabat Rosul yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq yang tidak ikut menengok pada telinga Fatimah. Rosululloh pun menanyainya. Abu Bakar pun menjawab bahwa dia tidak perlu menengok dan melihat pada telinga Fatimah, setiap hari ketika tidur, akan tidur, mau makan dan dalam keadaan apapun maka dia akan melihat wajah Rosululloh sedang, akan dan selalu. Rosululloh merupakan murid Malaikat Jibril dan Malaikat Jibril adalah utusan Tuhan. Dari Tuhan mengalirlah sinar-sinar yang diyakini oleh para ulama sehingga lahirlah Ahlu Sunnah Waljama’ah. Seperti ibaratnya jika kita ingin mempunyai energi listrik maka kita tidak perlu datang kepada pembangkit listrik, tidak perlu melihat matahari secara langsung, cukup kita mencolokkan ke stop kontak yang ada. Itulah peran para sufi, para ulama sebagai pembawa wasilah (guru spiritual yang sifatnya tersembunyi). Dunia dan akherat memiliki guru masing-masing untuk menertibkan, membetulkan dan menyakinkan para manusia. Jadi janganlah berlaku sombong, mencoba untuk introspeksi diri, berusaha dekat dengan sufi. dengan para ulama agar kita menjadi orang yang beruntung. Dalam keadaan apapun berusahalah untuk memohon ampun dan menyebut nama Tuhan karena itulah setinggi-tinggi spiritual yang dapat dilakukan oleh seorang hamba.
      Pertanyaaan ketiga ditanyakan oleh tri rahmah silviani Bagaimanakah tanggapan filsafat mengenai khayalan manusia yang melampau batas kuasa Tuhan? Intinya kendalikan dengan Iman dan Taqwa. Berkaca pada Fenomena Comte,  seperti contohnya memiliki HP baru sehingga menyebabkan lupa waktu ehinggatidak khusyuk di dalam ibadah. Itulah hakekatnya hidup, jika diekstensikan atau dikembangkan merupakan campuran antara hal positif dan hal negatif. Jika dinaikkan secara spiritual maka seseorang tidak akan masuk surge karena masih adanya unsure neraka. Maka itulah jika filsafat dikaitkan dengan Tuhan itu sebenarnya tidak boleh (harus beristighfar dan memohon ampun). Maksudnya adalah apabila kita mempertanyakan apakah Tuhan mampu menciptakan batu besar dimana Tuhan tidak akan mampu untuk mengangkatnya. Menghadapi pertanyaan seperti itu maka dihentikan saja jangan diteruskan karena manusia tidak ada yang sempurna. Seperti yang telah dikemukakan oleh Immanuel Kant bahwa dunia adalah tidak ada awalan. Jika dilihat secara sistematik maka dunia itu ada awal, secara  Filsafat menganggap dunia tidak ada awalan Secara keyakinan, dunia itu berawalan dan berakhiran namun hanya Tuhan yang mampu mengawali dan mengakhiri. Sedangkan jika dilihat dari fikiran manusia dunia tidak berakhir namun ada akhir. Yang terpenting adalah adanya keimanan pada diri manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar